KETIKA SHOLAT JADI PEMBENTUK ENERGI KITA
Sebetulnya teramat berat saya harus membahas ini, namun ketika seorang teman bertanya tentang Sholat namun nadanya tampak melecehkan karena didasari pada kebodohan atas agama kita, saya pun memaksakan diri untuk menjawabnya:
Dalam hidupnya Nikola Tesla sang partner utama Thomas Alfa Edison pernah berkata “Jika Anda ingin menemukan rahasia semesta, pikirkan dalam istilah energi, frekuensi, dan vibrasi.”
Di sinilah energi yang di alam semesta tidak bisa diciptakan dan tidak bisa dimusnahkan menjadi sangat penting:
Segalanya adalah energi dan hanya itu saja yang ada di semesta ini. Sesuaikan frekuensi realitas yang Anda inginkan dan Anda pasti akan mendapatkan realitas tersebut. Anda tidak bisa merubah realitas Anda dengan cara lain. Ini bukan lah filosofi. Ini adalah fisika! (Albert Einstein)
Kalau bicara energi maka tak lepas dari atom. Dimana atom adalah partikel terkecil dari sesuatu yang kita sebut materi. Mencengangkannya, atom tidak memiliki struktur fisik. Atom terbentuk dari energi yang bervibrasi. Atom adalah 99,99999% energi, dan 0,00001% zat fisik.
Padahal energi bergerak dalam vibrasi secara konstan. Dengan kata lain, kita hidup di lautan getaran/vibrasi.
Mulai jelaskan peranan energi itu.
Kita adalah energi, bergerak dalam energi dan sebagai energi. Sudah menjadi keniscayaan semesta energi itu bervibrasi. Sementara vibrasi itu ibarat pemancar yang membentuk frekuensi tertentu.
Ini sebetulnya ringkasan tulisan di pesansemesta.com yang bagus banget! Saya sendiri kurang kompeten untuk menjelaskan ilmu ini, meski punya latar belakang memadai. Namun ilmu ini bila salah tafsir justru berbahaya.
Karena semua gelombang atau frekuensi itu adalah perjalanan energi, maka semakin banyak energi yang bergetar dalam gelombang, maka semakin tinggi frekuensinya. Semakin rendah frekuensinya, semakin sedikit energi yang bergetar dalam gelombang.
Dan frekuensi selalu membawa hukum tarik menarik. Frekuensi akan menarik pola getaran yang sama. Jadi maksudnya, tiap pola getaran energi yang kita bentuk akan memancarkan gelombang energi tertentu, yang mana gelombang yang terpancar ini akan selalu menarik gelombang tertentu yang sama, sesuai dengan pola getaran energi yang kita bentuk.
Dalam quot-nya yang singkat Tesla ingin kita memahami kembali keniscayaan semesta yang sebenarnya. Dimana sebenarnya kita ini adalah semesta, dan sebagai semesta kita adalah energi bergetar yang terus memancarkan frekuensi untuk menerima frekuensi.
Satu manfaat besar dari quot Tesla yang bisa kita ambil untuk awal pelajaran adalah pemahaman kalau saat ini kita hidup sebagai pembentuk energi.
Terakhir tulisan itu menekankan bahwa:
Energi tidak dapat diciptakan atau dihancurkan, energi hanya dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Jadi apapun dan siapapun kita adalah semesta yang terbentuk kekal dan abadi.
Dalam kekekalan energi yang menjadi diri kita saat ini, masing-masing kita memiliki kesempatan yang sama untuk membentuk energi, baik secara sadar ataupun tidak sadar.
Bijaksananya, sebagai pembentuk energi, janganlah menuntut apa yang akan kita terima dari semesta. Tapi lihatlah bagaimana kita bergetar? Karena getaran kita adalah sumber frekuensi yang kita pancarkan. Sementara apapun yang kita pancarkan adalah sebab-akibat dari apa yang akan kita terima.
Soalnya ditataran/ dimensi mental/ vibrasi atau kuantum maka berlaku persamaan Planck dimana E = hv atau Energi dalam foton sama dengan konstanta Planck dikali frekuensi. Jadi frekuensi kita harus tinggi!
Jadi mulai sekarang sebagai energi semesta, fokuslah dengan apa yang akan kita bentuk, bukan apa yang akan kita terima. Kalau kita mampu menguasai hal ini, maka kita akan menjadi semesta yang mengendalikan.
Wowww......tulisan yang keren kan!!!
Ditataran atau dimensi kita sebagai materi/ massa (m) ternyata kita harus bisa masuk ke tataran kecepatan cahaya (c) untuk bisa meningkatkan energi kita! Dan caranya hanya dengan meningkatkan energi yaitu meningkatkan c 2 (c kuadrat).
Ingatkan teori realitivitas dari rumus Einstein yang terkenal itu bahwa E = mc2.
Sehingga terus bagaimana cara meningkatkan c kuadrat tersebut??!
Ternyata cuma ada satu cara yaitu terhubung dengan sesuatu yang lebih cepat dari kecepatan cahaya kuadrat yaitu Sang Cahaya di atas cahaya! Cahaya tak terhingga atau cahaya illahiah.
Dari rumus tersebut jelas bahwa apabila kita sebagai massa (m) dikalikan konstanta berupa cahaya tidak terhingga maka otomatis energi kita pun akan menjadi luar biasa besar, dahsyat dan tak terhingga. Bravo!!! (dikutip dari design your own life).
Nah kalo kita sudah paham dua dimensi di atas maka kita paham akan rahasia semesta ini. Artinya kita punya kuasa yang luas akan kita sendiri, sehingga kita kelak tidak bisa menyalahkan Tuhan akan nasib kita karena Tuhan sudah memberi wewenang pilihan itu. Tapi kita juga tidak sombong akan kedahsyatan yang kita miliki tersebut karena kita justru jadinya ingkar pada Tuhan Sang Pencipta! Ingkar yang sangat mengerikan! Bentuk awalnya bisa sombong namun bisa meningkat lagi menjadi atheis, merasa manunggal dengan Tuhan (manunggaling kawulo gusti), menuhankan makhluk yang berkekuatan super, atau bahkan ngrasa jadi Tuhan itu sendiri. Parah kan!!!
Na'udzubillahimindzalik
Miris kita!!!
Coba lah untuk kembali melihat makna Sholat yang lebih dalam. Bila paham apa yang saya jelaskan di atas maka Sholat tidak lagi bermakna ibadah semata namun sudah merupakan upaya atau usaha kita untuk maju sukses. Lewat teori relativitas Einstien kita paham kan betapa terhubungnya kita dengan Allah lewat Sholat menjadikan kita dahsyat tak terkira. Sehingga tak aneh umat Islam pernah menguasai dunia selama berabad-abad.
Apalagi awalnya Allah sendiri memerintahkan Sholat kepada Nabi kita sebanyak 50 kali, jelas Allah sang pencipta tahu betapa sangat pentingnya Sholat bagi manusia!
Pahami lah sekarang bahwa Sholat menjadikan amalan yang akan ditanyakan pertama kali, tapi juga menjadi pilihan ibadah nomer satu bagi kita untuk kejayaan diri baik di dunia maupun di akhirat. Aaaamiin ya Allah!
Sebagai pembentuk energi kita atau modal kita juga, maka Sholat harus diutamakan terlebih dulu. Apalagi bila dilaksanakan secara berjamaah. Membentuk pusat energi yang mengagumkan.
Sholatlah sebelum diSholatkan.
0 Ulasan